SEMINAR
MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDIOTORY, VISUAL, DAN INTELECTUAL)
DISUSUN OLEH:
DHEA
RATNASARI (116511316)
DIAN
FADILA PUTRI (116512009)
OKTAVIA
HERIDA SIKUMBANG (116511722)
KELAS 8C
DOSEN PEMBIMBING : NUKHAIRO HIDAYATI, M.Pd
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dinamisasi dunia pendidikan yang bertujuan
meningkatkan kualitas pembelajaran senantiasa dilakukan untuk mengantisipasi
perubahan yang senantiasa terjadi. Permasalahan pembelajaran di tingkat
pendidikan tinggi saat ini antara lain adalah gaya pembelajaran searah (top
down).
Belajar merupakan subtansi pokok yang harus dilakukan oleh
setiap orang terutama sebagai siswa. Siswa dikatakan telah belajar apabila
telah terjadi perubahan dari dirinya yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Fontana dalam Suherman (2003; 7) belajar adalah “proses perubahan
tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Terkadang tidak banyak “ proses belajar” siswa yang berhasil, terutama
dalam disiplin ilmu. Pembelajaran inovatif yang akan mampu membawa perubahan
belajar bagi siswa, telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran lama
telah usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat
tidak nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya, siswa akan nyaman dengan
pembelajaran yang sesuai dengan pribadi siswa saat ini.
Metode
pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Dalam pemilihan metode apa yang
tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang
diajarkan. Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah
sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat
sangat dibutuhkan. Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru
dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan,
2004:3). Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian
tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang
efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Bagi anak usia SD, belajar yang perlu ditekankan adalah
melalui pengalaman langsung, terutama pada mata pelajaran IPA. Pengalaman
langsung akan membuat pengetahuan yang mereka dapat lebih bertahan lama di otak
mereka daripada mendengarkan ceramah dari guru. Pembelajaran Terpadu sangat
bagus diterapkan bagi anak SD karena dalam pembelajaran ini menekankan pada
tindakan nyata dan berpusat pada siswa. Pembelajaran Terpadu menekankan bahwa
anak belajar dengan seluruh tubuhnya, semua alat indra dilibatkan. Siswa tidak
hanya duduk diam, tapi dengan aktivitas yang menggerakkan seluruh indranya.
Untuk itu dikenal pula model pembelajaran SAVI.
Dalam pembelajaran mata kuliah ini, kami sebagai penulis
mencoba menyusun makalah ini untuk mempelajari dan memahami model-model
pembelajaran, khususnya Model Pembelajaran SAVI.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud model pembelajaran SAVI ?
2.
Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar model pembelajran SAVI ?
3.
Apa kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran SAVI ?
4.
Bagaimanakah tahap-tahap model pembelajaran SAVI ?
5.
Bagaimana hasil penerapan model pembelajaran SAVI ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran SAVI
2.
Untuk memahami prinsip-prinsip dasar model pembelajaran SAVI
3.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
SAVI
4.
Untuk memahami tahap-tahap model pembelajaran SAVI
5.
Untuk mengetahui hasil penerapan model pembelajaran
SAVI
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Pembelajaran SAVI
Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier.
Meier (Sidjabat, 2008) mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni:
tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual
(V), dan pemikiran atau intelektual (I). Bobbi De Porter, dkk, 2005, dalam
bukunya Quantum Learning, mengemukakan tiga (3) modalitas belajar yang dimiliki
seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas
auditoral, dan modalitas kinistetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui
apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka
dengar, dan pelajaran kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Pembelajaran
SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling
baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap
kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan
menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan
sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Bertolak dari pandangan ini, ia mengajukan model pembelajaran
aktif yang disingkat SAVI yaitu :
- Somatis
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh.
Belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinetesis, praktis
melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar secara berkala. Meier
juga menguatkan pendapatnya dengan menyampaikan hasil penelitian neurologis
yang menemukan bahwa pikiran tersebut di seluruh tubuh. Jadi dari temuan
tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menghalangi pembelajar somatis
menggunakan tubuh mereka sepenuhnya.
Somatis berarti bangkit dari tempat duduk dan bertindak aktif
secara fisik selama proses belajar. Berdiri dan bergerak kesana kemari
meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan oleh karena itu mendatangkan energi
segar ke dalam otak. Belajar somatis merupakan belajar dengan indra peraba,
kinestetis, praktis dengan melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan
tubuh sewaktu belajar. Belajar somatis ini bias terhadapa tubuh dimana
anak-anak yang bersifat somatis, yang tidak dapat duduk tenang dan harus
menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup. Dalam
belajar somatis ini tubuh dan pikiran itu satu dimana penelitian neurologis
telah menemukan bahwa pikiran tersebar diseluruh tubuh. Tubuh adalah pikiran
dan pikiran adalah tubuh. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis
menggunakan tubuh dalam belajar maka menghalangi fungsi pikiran
sepenuhnya. Melibatkan tubuh, untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh maka
harus tercipta suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri
dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.
- Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari apa yang di sadari. Telinga
bekerja terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori. Dan ketika
membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting di otak pun
menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori
yang kuat dalam diri pembelajar, maka dengan cara mendorong pembelajar untuk
mengungkapkan dengan suara. Pembelajaran auditori merupakan belajar paling baik
jika mendengar dan mengungkapkan kata-kata.
Menurut Meier (2004 : 95), belajar Auditori merupakan cara
belajar standar bagi semua orang sejak awal sejarah. Seperti kita ketahui
sebelum manusia mengenal baca tulis banyak informasi yang disampaikan dari
generasi ke generasi secara lisan misalnya mitos, dongeng-dongeng,
cerita-cerita rakyat. Bangsa yunani kuno juga mendorong orang untuk belajar
dengan suara lantang melalui dialog. Filosofi mereka adalah “jika kita mau
belajar lebih banyak tentang apa saja, bicaralah tanpa henti”.
- Visual
Ketajaman penglihatan setiap orang itu kuat, disebabkan oleh
fikiran manusia lebih merupakan prosesor citra dari prosesor kata. Citra karena
konkret mudah untuk diingat dan kata, karena abstrak sehingga sulit untuk
disimpan. Didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi visual daripada semua indra yang lain. Pembelajar visual belajar
paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan,
ikon, gambar dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Dengan
membuat yang visual paling tidak sejajar dengan yang verbal sehingga dapat
membantu pebelajar untuk belajar lebih cepat dan baik.
Menurut Meier (2004 : 97), setiap orang memiliki ketajaman
visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam otak terdapat lebih banyak
perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lainnya.
Lebih lanjut meier mengungkapkan bahwa beberapa siswa (terutama pembelajar
visual) akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru
atau sebuah buku.
- Intelektual
Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta,
memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam
pikiran, sarana yang digunakan manusia untulk berfikir, meyatukan pengalaman,
menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Pada intelektual identik dengan
melibatkan pikiran untuk menciptakan pembelajarannya sendiri. Belajar bukanlah
menyimpan informasi tetapi menciptakan makna, pengetahuan dan nilai yang dapat
dipraktekkan oleh pikiran pebelajar.
Menurut Meier (2004 : 99), kata intelektual menunjukkan apa
yang dilakukan siswa dalam pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan
kecerdasan mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan
makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Lebih lanjut meier
mendefinisikan intelektual sebagai pencipta makna dalam pikiran, sarana yang
digunakan manusia untk berfikir, menyatukan pengalaman, menghubungkan
pengalaman mental, fisik, emosional dan unuititif tubuh untuk membat makna baru
bagian dirinya sendiri.
Dave Meier, 2005 , menambahkan satu lagi gaya belajar
intelektual. Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan
hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. “ Intelektual”
adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun
makna. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi
pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahamanmenjadikearifan.
Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang
menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh,
semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya
belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara
yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear,
nonmekanis, kreatif dan hidup.
Belajar beerdasarkan aktifitas berarti bergerak aktif secara
fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat
seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. (Dave Meier, 2005)
.Dengan demikian, belajar bisa terjadi secara optimal jika keempat unsur SAVI
ada dalam proses pembelajaran, yaitu menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas
intelektual dan dengan penggunaan semua indranya. Menurut Warta (2010: 40),
“Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa
belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa”. Dari
pengertian ini, jelas bahwa pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan
penggunaan semua inderanya dalam proses pembelajaran.
2.2 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran SAVI
Meier (Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok
dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut.
1)
Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
2)
Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3)
Kerjasama membantu proses belajar.
4)
Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara
simultan.
5)
Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6)
Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7)
Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
2.3 Kelemahan Dan Kelebihan Dari Model Pembelajaran SAVI
1)
Kelebihan model pembelajaran SAVI
a.
Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui
penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual
b.
Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri
pengetahuannya.
c.
Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa
merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
d.
Memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan
dapat membantu yang kurang pandai.
e.
Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan
efektif
f.
Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan
psikomotor siswa
g.
Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa
h.
Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik.
i.
Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan
pendapat dan berani menjelaskanjawabannya.
j.
Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar
2)
Kelemahan model pembelajaran SAVI
a.
Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga
dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.
b.
Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan
prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya,
sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk
pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi pada
sekolah-sekolah maju.
c.
Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu
sehingga siswa kesulitan dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri.
d.
Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah.
e.
Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran
saat itu.
f.
Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan
dalam evaluasi atau memberi nilai.
g.
Pendekatan SAVI masih tergolong baru, sehingga banyak
pengajar guru yang belum mengetahui pendekatan SAVI tersebut
h.
Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa,
sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadika siswa
itu minder.
2.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran SAVI
- Tahapan-tahapan metode pembelajaran SAVI
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian,
pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu dengan matang,
dalam keempat tahap tersebut
- Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik
meliputi hal:
- Memberikan sugesti
positif
- Meberikan pernyataan yang
memberi manfaat kepada siswa
- Memberikan tujuan yang jelas
dan bermakna
- Membangkitkan rasa ingin tahu
- Menciptakan lingkungan fisik
yang positif
- Menciptakan lingkungan
emosional yang positif
- Menciptakan lingkungan social
yang positif
- Menenangkan rasa takut
- Menyingkirkan hambatan-hambatan
belajar
- Banyak bertanya dan
mengemukakan berbagai masalah
- Merangsang rasa ingin tahu
siswa
- Mengajak pembelajar terlibat
penuh sejak awal
- Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi
belajar yang barudengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua
gaya belajar. Hal-hal yangdapat dilakukan guru:
- Uji coba kolaboratif dan
berbagai pengetahuan
- Pengamatan fenomena dunia nyata
- Pelibatan seluruh otak, seluruh
tubuh
- Presentasi interaktif
- Grafik dan sarana yang
presetasi berwarna-warni
- Aneka macam cara untuk
disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
- Proyek belajar berdasar
kemitraan dan berdasar tim
- Latihan menemukan (sendiri,
berpasangan, berkelompok)
- Pengalaman belajar di dunia
nyata yang kontekstual
- Pelatihan memecahkan masalah
- Tahap Pelatihan (Kegiata Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan
dan menyerapengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara
spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
- Aktivitas pemrosesan
siswa
- Usaha aktif atau umpan balik
atau renungan atau usaha kembali
- Simulasi dunia-nyata
- Permainan dalam belajar
- Pelatihan aksi pembelajaran
- Aktivitas pemecahan masalah
- Refleksi dan artikulasi
individu
- Dialog berpasangan atau
berkelompok
- Pengajaran dan tinjauan
kolaboratif
- Aktivitas praktis membangun
keterampilan
- Mengajar balik
- Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuanatau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga
hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.
Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
- Penerapan dunia nyata dalam
waktu yang segera
- Penciptaan dan pelaksanaan
rencana aksi
- Aktivitas penguatan penerapan
- Materi penguatan persepsi
- Pelatihan terus menerus
- Umpan balik dan evaluasi
kinerja
- Aktivitas dukungan kawan,
Perubahan
organisasi dan lingkungan yang mendukung.
Dibawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat
aktifitas sesuai dengan cara belajar/ gaya belajar siswa:
1.
Somatis
Orang dapat bergerak ketika mereka:
a)
Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
b)
Menciptakan piktogram dan periferalnya
c)
Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep
d)
Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan
merefleksikannya
e)
Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan
belajar dan lain-lain)
f)
Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan
tentang apa yang dipelajari.
2.
Auditori
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana
auditori dalam belajar
a)
Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan
komputer.
b)
Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran
yang terkandung didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka.
c)
Mintalah pembelajar berpasang-pasangan menbincangkan secara
terperinci apa yang mereka baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan
menerapkanya.
d)
Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu ketrampilan atau
memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa
yang sedang mereka kerjakan.
e)
Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat
sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang.
3.
Visual
Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual
adalah:
a)
Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi).
b)
Grafik presentasi yang hidup.
c)
Benda 3 dimensi.
d)
Bahasa tubuh yang dramatis.
e)
Cerita yang hidup.
f)
Kreasi piktrogram (oleh pembelajar).
g)
Pengamatan lapangan.
h)
Dekorasi berwarna-warni.
i)
Ikon alat bantu kerja.
4.
Intelektual
Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita
mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
a)
Memecahkan masalah
b)
Menganalisis pengalaman
c)
Mengerjakan perencanaan strategis
d)
Memilih gagasan kreatif
e)
Mencari dan menyaring informasi
f)
Merumuskan pertanyaan
g)
Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan
h)
Menciptakan makna pribadi
i)
Meramalkan inplikasi suatu gagasan
2.5
Hasil
Penerapan Model Pembelajaran SAVI
Berdasarkan
pada penelitian
selanjutnya oleh Nova Kusmayuda, Wyn.
Sudiana, dan Wyn. Widiana Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERORIENTASI
KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS V
KECAMATAN TEJAKULA” Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil
analisis data, diperoleh thitung = 3,67 dan ttabel (pada taraf signifikasi 5%)
= 2,02. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel,
sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI
berorientasi keterampilan proses sains dan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dari rata-rata hitung,
diketahui rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah
26,35 dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 23,30.
Secara deskriptif, kelompok
yang belajar menggunakan model pembelajaran SAVI berorientasi keterampilan
proses sains memiliki skor rata-rata hasil belajar sebesar 26,35, sedangkan
kelompok yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
memiliki skor rata-rata hasil belajar sebesar 23,30. Hal ini menunjukkan hasil
belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran SAVI
berorientasi keterampilan proses sains lebih tinggi daripada siswa yang belajar
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Hasil uji-t terhadap hipotesis penelitian yang
diajukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara
kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran SAVI berorientasi
keterampilan proses sains dengan kelompok yang belajar menggunakan model
pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat terlihat berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan, pengaruh model pembelajaran terhadap hasil
belajar IPA siswa mempunyai nilai statistik t = 3,67 dan ttab (db = dan taraf
signifikansi 5%) = 2,02. Secara statistik hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran SAVI berorientasi keterampilan proses sains dan
model pembelajaran konvensional berbeda secara signifikan dalam pencapaian
hasil belajar IPA siswa pada taraf signifikansi 5%.
Penelitian ini menemukan bahwa hasil belajar IPA
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI berorientasi
keterampilan proses sains berbeda secara
signifikan dengan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari analisis uji-t terhadap
hasil belajar menunjukkan bahwa ditemukan thitung = 3,67 harga ini signifikan
pada taraf 5%. Lebih jauh dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI berorientasi
keterampilan proses sains, berbeda dengan hasil belajar IPA siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional. Skor rata-rata hasil belajar IPA siswa
yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVI berorientasi
keterampilan proses sains adalah 26,35, sementara skor rata-rata hasil belajar
siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional adalah 23,30.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran SAVI berorientasi keterampilan proses sains berpengaruh
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Tejakula,
Kabupaten Buleleng.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Tutik
Fitri Wijayanti, Baskoro Adi Prayitno, dan Marjono Pendidikan Biologi FKIP
UNS dengan judul “PENGARUH PENDEKATAN SAVI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PADA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA” membuktikan bahwa pengintegrasian
antara pendekatan SAVI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar
siswa di kelas eksperimen yang menerapkan pendekatan SAVI dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan nilai
rata-rata siswa di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional
dengan metode ceramah dan demonstrasi. Hasil Analisis Pengaruh Pendekatan SAVI
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil
Belajar Biologi adalah berdasarkan uji t hasil belajar kognitif, afektif, serta
psikomorik mengindikasikan bahwa p-value < 0,05, artinya bahwa
pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 14 Surakarta. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD mampu mengaktifkan gerak fisik dan aktivitas intelektual dalam
bentuk kerja sama pada suatu kelompok dengan langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditetapkan pada pembelajaran STAD sehingga siswa dapat mencapai
hasil belajar yang maksimal, baik pada ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan SAVI merupakan pendekatan pembelajaran yang
menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua
indra dalam belajar. Pendekatan SAVI memiliki empat unsur diantaranya : belajar
somatik, belajar auditori, belajar visual dan belajar intelektual. Dan
pendekatan SAVI memiliki langkah-langkah yaitu langkah yang pertama belajar
visual, yang kedua belajar auditori, langkah ketiga belajar somatis dan yang
keempat belajar intelektual. Disamping memiliki unsur dan langkah-langkah,
pendekatan SAVI ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pendekatan
pembelajaran SAVI diantaranya : siswa tidak mudah lup karena siswa membangun
sendiri pengetahuannya, suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar
matematika, memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu
yang kurang pandai, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik,
melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani
menjelaskan jawabannya. Sedangkan
kelemahan dari pendekatan pembelajaran SAVI adalah karena siswa terbiasa diberi
informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan jawaban
ataupun gagasannya sendiri, membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa
yang lemah, membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat
itu, dan belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesulitan dalam
evaluasi.
Saran
Model pembelajaran merupakan penunjang guru dalam proses
pembelajarannya agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan diterima baik
oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus betul-betul memperhatikan dan harus
kreatif dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kharakteristik
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Editor,
Mike Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa
Herdian.(2009). Model Pembelajaran SAVI. [Online].
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-savi.
[11 Nopember 2011].
http://www.ekuator.web.id/katalog.see.p?id=3048
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/08/1105.htm
http://www.probolinggo.go.id/kontenphp?nama:artikeldanop:detail_artikeldanid=
25. Artikel dan Riset Pembelajaran harus Fun dan Mengembangkan Potensi Siswa
Kusmayuda,
N, dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI
Berorientasi Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V Sd Gugus V Kecamatan Tejakula” Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Indonesia
Meier, Dave. 2002. The accelerated learning handbook: panduan
kreatif dan efektif merancang program pendidikan dan pelatihan. Bandung :
MMU(Mizan media utama)
Wijayanti, dkk. “Pengaruh Pendekatan SAVI Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Hasil Belajar Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 14 Surakarta” Pendidikan Biologi FKIP UNS
0 komentar:
Posting Komentar