Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Senin, 05 Mei 2014
MAKALAH
SEMINAR BIOLOGI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW





Dosen Pembimbing: Nurkhoiro Hidayati M.Pd

Kelompok 9
Nama Kelompok :
1.      Octavia Herida Sikumbang ( 116511722 )
2.      Dhea Ratnasari ( 116511316 )
3.      Dian Fadila Putri ( 116512009 )



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PEKANBARU
2014



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mutu pendidikan akan menentukan mutu generasi muda sebagai warga dan masyarakat. Mutu pendidikan ini tergantung pada pendidikan yang diperoleh terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Dalam pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar menjadi hal yang penting karena benar tidaknya pendidikan sangat bergantung pada kegiatan belajar mengajar.
Peningkatan mutu pendidikan formal di sekolah, tidak terlepas dari keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yang saling berkaitan, di antaranya guru, siswa, dan metode. Komponen-komponen tersebut memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Selain itu prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, misalnya motivasi belajar, tingkat intelegensi siswa, fasilitas belajar yang tersedia atau sarana dan prasarana, kurikulum, media pembelajaran, dan sebagainya.
Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat serta sesuai dengan pokok bahasan tertentu dan tingkat perkembangan intelektual siswanya. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran kelompok atau diskusi yang menghendaki adanya kerjasama di antara anggota kelompok dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif di kelas, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dalam mempelajari materi yang sedang dipelajari. Pembagian kelompok tersebut dibuat heterogen, baik dalam hal prestasi belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi, berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu satu sama lain.

Peran guru sebagai motivator adalah memberi motivasi kepada siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan kurikulum. Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi siswa antara lain dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memberikan bimbingan pada saat kegiatan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama - sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar - benar menguasai materi yang sedang dipelajari. Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Siswa juga dapat menerima dengan senang hati pembelajaran yang digunakan karena adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa.
Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah Jigsaw. Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah metode pembelajaran yang dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa. Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw, siswa secara individual dapat mengembangkan keahliannya dalam satu aspek dari materi yang sedang dipelajari serta menjelaskan konsep dan keahliannya itu pada kelompoknya. Setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif jigsaw mempelajari materi yang berbeda dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagiannya masing-masing. Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Slavin (2008:237), pembelajaran kooperatif Jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik.

1.2 Tujuan
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan system kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2009).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang berkerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk berkerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan social
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan berkerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan social, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ?
2. Bagaimanakah langkah langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ?
3. Apakah ada  kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ?
4. Apakah ada perbandingan hasil penelitian dari satu penelitian dengan penelitian yang lain ?
  
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN JUDUL PENELITIAN.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995) mengemukakan, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.
Sedangkan menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.
Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya(Sudrajat,2008:1). Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56)
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif jigsaw adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktifisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana sisiwa secara individu menemukan dan mentranseformasikan imformasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturanyang dan merivisinya bila perlu (soejadi dalam teti sobri,2006. 15).
Tujuan dari metode jigsaw tersebut adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperolah apabila mereka mencoba mempelajari materi sendirian.
Sedangkan Johnsosn, dalam Hasan (1994) mengemukakan, bahwa pembelajarn kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan Kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur pembelajarn kooperatif dirancang untuk mengaktivitaskan siswa melalui inkuiri dan perbincangan mengaktivitaskan siswa melalui inkuiri dan perbincangan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang.
Sanjaya (2006:239) mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas.Jigsaw adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif di mana siswa individu menjadi pakar tentang sub-bagian (satu topik) dan mengajarkan sub-bagian itu kepada orang lain.
a.  Ciri-ciri Jigsaw
1)   Setiap anggota tim terdiri dari 5-6 orang yang disebut kelompok asal
2)   Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli
3)   Kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai keahliannya
4)   Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi
Dalam jigsaw, siswa bekerja dalam tim-tim heterogen. seperti pada STAD, skor-skor yang disumbangkan oleh siswa pada tim mereka didasarkan pada sistem skor perbaikan individu dan siswa pada tim dengan skor tinggi dapat diberi penghargaan/sertifikat. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dengan cara ini diharapkan siswa termotivasi untuk belajar bahan ajar tersebut dengan baik. Kunci keberhasilan jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

b.  Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan system kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2009).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1.     Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2.     Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk berkerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
 3.     Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan berkerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan social, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

c.  Merencanakan Kegiatan Jigsaw
Terdapat empat langkah dalam merencanakan kegiatan jigsaw, yaitu:
1)    Menentukan tujuan belajar
2)    Menyiapkan panduan belajar
3)    Membentuk tim siswa
4)    Mendukung presentasi pakar

d.  Menerapkan Pelajaran Menggunakan Jigsaw
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

2. Tahap pelaksanaan metode kooperatif tipe jigsaw

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini :

I.  Tahap Pendahuluan
  1. Review, apersepsi, motivasi
  2. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.
  3. Pembentukan kelompok.
  4. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan siswa yang heterogen.
  5. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.
II. Tahap Penguasaan
  1. Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguassai materi sesuai dengan soal yang diterima.
  2. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
III. Tahap Penularan
  1. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
  2. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli  tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan denga sungguh-sungguh.
  3. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
  4. Dari diskusi tersebut siswa memperoleh jawaban soal.
IV. Penutup
Menurut Rusman (2008 : 205) pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
1.        Melakukan mambaca untuk menggali imformasi. Siswa memperoleh topic - topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
2.        diskusi kelompok ahli.siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang samabertemu dalam satu kelompokataqu kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topic permasalahan tersebut.
3.        Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4.        Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi
5.        Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.

Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut:
1.        Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
2.        Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3.        Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4.        Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5.        Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam   kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang subbab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama,
6.        Tiap tem ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.        guru memberi evaluasi
8.        penutup


3. KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA
Kelebihan Metode Jigsaw
Ibrahim dkk (2000) mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai berikut :
1.        Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif
2.        Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa
3.        Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa
4.        Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari  pada guru.


Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah:
1.            Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri     dan juga pembelajaran orang lain.
2.            Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah.
3.            Menerima keragaman dan menjalin hubungan sosial yang baik dalam hubungan dengan belajar
4.        Meningkatkan berkerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
5.            Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
6.            Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
7.            Menerapkan bimbingan sesama teman
8.            Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
9.            Memperbaiki kehadiran
10.            Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
11.            Sikap apatis berkurang
12.            Pemahaman materi lebih mendalam
13.            Meningkatkan motivasi belajar
14.            Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
15.            Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan  kelompok lain
16.            Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.  

Kekurangan Metode Jigsaw
Beberapa kekurangan jigsaw antara lain :
1.              Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan – keterampilan kooperatif dalam kelompok masing – masing maka dikhawatirkan lkelompok akan macet.
2.              Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, missal jika ada  anggota yang hanya membonceng dalam memnyelesaikan tugas – tugas dan pasif dalam diskusi.
3.              Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
4.              Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
5.              Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

4. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DARI DUA JURNAL   PENELITIAN
A. Jurnal WIDYATECH Sains dan Teknolgi Vol. 11 No.1 Agustus 2011
PENGEMBANGAN PROGRAM MENGENAI APLIKASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Oleh I Gusti Ngurah Puger1
Dari hasil penyebaran daftar pertanyaan mengenai topik metode pembelajaran kooperatif, diperoleh hasil sebagai berikut. Untuk pertanyaan nomor 1 diperoleh hasil: 66,67% menggunakan metode ceramah, 12,50% menggunakan metode tanya jawab, dan 20,83% menggunakan metode resitasi. Untuk pertanyaan nomor 2 diper-oleh hasil: 75% tidak pernah mendengar metode belajar kooperatif, dan 25% pernah mendengar metode belajar kooperatif. Untuk pertanyaan nomor 3 diperoleh hasil: 91,67% tidak pernah mengajar dengan metode belajar kooperatif dan 8,33% pernah mengajar dengan metode belajar kooperatif. Untuk pertanyaan nomor 4 diperoleh hasil: 4,17% pernah menggunakan metode belajar kooperatif model student team achievement division (STAD) dan 4,17% pernah menggunakan metode belajar koope-ratif model group investigation (GI). Untuk pertanyaan nomor 5 diperoleh hasil: 75% tidak pernah mengenal metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan 25% pernah mengenal metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Untuk pertanyaan nomor 6 diperoleh hasil: 95,83% tidak pernah mengaplikasikan metode pembelajaran koope-ratif tipe jigsaw dan 4,17% pernah mengaplikasikan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Dalam penyampaian materi aplikasi metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw kepada 24 guru biologi SMP di Kecamatan Seririt, ada dua orang guru yang mengajukan pertanyaan. Pertanyaan pertama, Apakah sebetulnya yang dimaksudkan dengan metode belajar kooperatif dalam kaitannya dengan pembelajaran biologi? dan kedua, Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok diterapkan untuk pembelajaran biologi?
Dalam observasi guru biologi yang mengajar di kelas dengan menggunakan metode diskusi, ada satu guru yang bertanya. Pertanyaannya adalah Apakah keun-tungan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bila dibandingkan dengan metode diskusi? Ketiga masalah yang diajukan oleh peserta dalam pelaksanaan pengembang-an program ini, selanjutnya didiskusikan bersama antara penyaji materi metode pem-belajaran kooperatif tipe jigsaw dan seluruh peserta.
Masih banyaknya guru-guru biologi SMP di Kecamatan Seririt menggunakan metode ceramah sebetulnya merupakan penerapan dari anggapan klasik guru-guru biologi tersebut. Anggapan klasik yang dimaksudkan adalah pengetahuan dapat dipin-dahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Anggapan ini sebetulnya sangat beroposisi dengan teori belajar konstruktivis, yang pada hakikatnya menyatakan pe-ngetahuan harus dikonstruksi oleh siswa itu sendiri. Bilamana siswa mampu mengon-struksi pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi, maka proses belajar bermakna akan tercapai pada diri siswa itu sendiri. Proses meaningful learning, dengan meminjam istilah dari Ausubel merupakan proses subsumsi dari konsep-konsep yang baru dipelajari ke dalam konsep yang sudah ada (prior know-ledge) pada struktur kognitif siswa. Belajar bermakna inilah merupakan hakikat ter-tinggi dari proses pembelajaran dalam suatu materi ajaran tertentu. Oleh karena dalam metode ceramah tidak pernah terjadi belajar bermakna, maka banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dalam bidang studi biologi. Miskonsepsi inilah sebagai indikator utama dalam mendeteksi rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang studi biologi di SMP.
Seorang guru yang mengajar rumpun ilmu pendidikan sains (misalnya biologi) harus aktif mencari informasi mengenai metode-metode mengajar yang bisa diterap-kan dalam bidang pendidikan sains. Cara memperoleh metode mengajar dalam pendi-dikan sains adalah melalui akses internet (cyber information), aktif mengamati guru-guru biologi yang menggunakan metode baru dalam proses pembelajaran, aktif meng-ikuti pertemuan-pertemuan ilmiah mengenai metode pembelajaran pendidikan sains, dan sering berdiskusi dengan guru-guru biologi yang mengenal metode pembelajaran kooperatif. Bila kegiatan-kegiatan ini tidak pernah dilakukan, maka guru-guru biologi tetap beranggapan bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Hal ini berujung pada penerapan metode pembelajaran kon-vensional dalam bidang studi biologi, dan pengetahuan guru biologi mengenai metode pembelajaran hanya sebatas metode konvensional saja.
Anggapan klasik mengenai pengetahuan bisa dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa sebetulnya merupakan anggapan yang keliru. Oleh karena guru-guru biologi SMP di Kecamatan seririt masih banyak yang menganut anggapan yang keliru ini, otomatis tidak kenal dengan metode pembelajaran yang merupakan derivat atau turunan dari teori belajar konstruktivis. Efek lanjut dari tidak kenal dengan derivat metode pembelajaran yang bernanung pada teori belajar kon-struktivis, pasti tidak pernah menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran kooperatif beserta dengan tipe-tipenya meru-pakan komponen utama yang menyusun teori belajar konstruktivis.
Sebagian besar guru-guru biologi SMP di Kecamatan seririt tidak pernah mene-rapkan tipe-tipe metode pembelajaran kooperatif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi-informasi yang pernah diterima mengenai model-model pembelajaran yang bernaung pada teori belajar konstruktivis, minimnya partisipasi guru-guru biologi di dalam mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan model pembel-ajaran dalam pendidikan sains, kurang terdeseminasinya informasi-informasi dari kalangan kampus ke sekolah-sekolah yang jauh dari pusat informasi, dan kurang aktif-nya guru-guru biologi di dalam membuat inovasi dalam penyempaian materi ajarnya. Hal ini sangat bergayut dengan kurang terserap dan diimplementasikannya metode pembelajaran yang termasuk dalam teori belajar konstruktivis dalam proses pembel-ajaran biologi. Hal ini juga yang mengakibatkan guru-guru biologi SMP di Kecamatan Seririt sebagian besar tidak pernah mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan cara-cara pengaplikasiannya dalam proses pembelajaran.
Belajar kooperatif sebetulnya bukanlah suatu ide baru. Ini sama tuanya dengan spesies manusia. Kapasitas untuk bekerja secara kooperatif mempunyai sumbangan utama untuk kelangsungan hidup spesies kita. Pada seluruh sejarah manusia, koope-ratif telah dimiliki individu-individu tersebut yang dapat mengorganisasikan dan mengkoordinasikan usaha mereka untuk mencapai suatu tujuan umum yang sangat menyukseskan usaha manusia secara nyata. Ini merupakan kenyataan dari kerjasama dengan anggota lainnya untuk berburu atau mendirikan gudang yang merupakan eksplorasi tempat.
Berlawanan untuk kebanyakan sekolah yang belajar pada kompetisi individu dengan yang lainnya, belajar kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran di mana siswa dalam kelompok kecil yang heterogen saling mempertukarkan tanggung jawab belajarnya. Sebagai suatu hasil, siswa belajar dari seseorang ke yang lainnya. Mereka belajar untuk menghargai perbedaan pada masing-masing yang lainnya dan membangun kekuatan individu dalam urutan untuk menemukan tujuan kelompok. Mereka belajar keterampilan sosial dan juga materi pelajaran. Dalam pembelajaran biologi, siswa dalam kelompok kecilnya saling mempertukarkan tanggung jawabnya, sampai seluruh informasi dari anggota kelompok diperoleh.
Seperti sudah dikemukakan, bahwa tipe-tipe metode belajar kooperatif banyak sekali ragamnya. Salah satunya adalah metode belajar kooperatif tipe jigsaw. Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai model Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pembelajaran membaca, menulis, mende-ngarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan (Lie, 2002).
Pengembangan model belajar kooperatif tipe jigsaw oleh Aronson sebetulnya menggunakan spesialisasi tugas. Masing-masing siswa mempunyai sebuah tugas yang berkontribusi untuk keseluruhan tujuan kelompok. Pada yang heterogen dari tiga sampai lima siswa, masing-masing bekerja secara bebas untuk menjadi ahli terhadap bagian pelajaran tersebut dan dapat bertanggungjawab untuk mengajarkan informasi kepada yang lainnya dalam kelompok dan juga menguasai informasi anggota kelom-pok lainnya yang telah ditetapkan. Guru menilai penguasaan seluruh topik. Nilai indi-vidu diberikan berdasarkan atas ujian (Hilke, 1998).
Budiadnyana (2004) menyatakan pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap siswa dalam kelompok yang beranggotakan lima orang diberikan infor-masi yang hanya menekankan satu bagian pelajaran. Setiap siswa dalam kelompok memperoleh potongan bacaan yang berbeda. Agar berhasil, semua siswa perlu me-ngetahui seluruh informasi tersebut. Siswa meninggalkan kelompok asal dan mem-bentuk kelompok yang disebut ‘kelompok ahli’, di mana semua anggotanya membawa potongan informasi yang sama dan membahas bersama-sama, mempelajarinya, dan memutuskan bagaimana cara terbaik untuk mengajarkan kepada temannya yang ada di kelompok asal. Setelah selesai, siswa kembali ke kelompok asal mereka dan setiap anggota mengajarkan apa yang menjadi bagian pelajarannya ke temannya yang lain dalam kelompok. Dengan demikian, siswa bekerja secara kooperatif dalam dua ke-lompok yang berbeda, kelompok asal dan kelompok ahli. Penilaian berdasarkan pada penampilan ujian secara individu. Pada tipe ini tidak ada penghargaan khusus untuk memperoleh atau untuk penggunaan keterampilan kooperatif.
Walaupun sudah diketahui definisi dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sebetulnya yang paling mendasar harus dikenal oleh seorang pendidik adalah fase-fase yang harus ditempuh di dalam mengimplementasikan pembelajaran koope-ratif tipe jigsaw. Menurut Wartawan (2004), ada tujuh fase yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Ketujuh fase yang dimaksud-kan adalah:
Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 : Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan menyuguhkan berbagai fakta, pengalaman, fenomena fisis yang ber-kaitan langsung dengan materi pelajaran.
Fase 3 : Base group atau kelompok dasar/asal. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok asal/dasar dengan anggota 5 sampai 6 orang dengan kemam-puan akademik yang heterogen. Setiap anggota kelompok diberikan sub-pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka pelajari.
Fase 4 : Kelompok ahli atau expert group. Siswa yang mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.
Fase 5 : Tim ahli kembali ke kelompok dasar. Siswa kembali ke kelompok dasar/ ahli untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam kelompok ahli. Fase 6 : Evaluasi. Semua siswa diberikan tes yang melingkupi semua topik.
Fase 7 : Memberikan penghargaan. Guru memberikan penghargaan baik secara   individu maupun kelompok.
Guru sebagai seorang fasilitator berperan memberikan arahan pada saat ter-jadi diskusi, baik pada kelompok ahli maupun pada kelompok dasar/asal. Siswa ditun-tut harus aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi di bawah arahan guru.
Apabila diringkaskan mengenai ketujuh fase di dalam melaksanakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, akan diperoleh suatu skema ilustrasi kelompok ahli (expert group) dan kelompok asal (base group). 
Siswa dikelompokkan menjadi kelompok dasar (base group), kemudian setiap anggota kelompok diberikan topik yang berbeda untuk dipelajari. Siswa dari kelom-pok dasar yang berbeda dengan topik yang sama dipertemukan dalam kelompok ahli (expert group) untuk berdiskusi dan membahas tugas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Para ahli kemudian kembali ke kelompok dasar masing-masing dan mengambil giliran untuk mengajar anggota kelompoknya (peer teaching) tentang topik mereka. Akhirnya siswa diberikan tes yang meliputi semua topik dan skor yang diperoleh dalam tes menjadi skor kelompok. Skor yang diperoleh kelompok didasarkan pada peningkatan skor dari setiap siswa. Peningkatan skor dilihat berda-sarkan skor awal dan akhir yang diperoleh siswa. Skor awal adalah skor yang diper-oleh siswa pada pembelajaran sebelumnya, sedangkan skor akhir adalah skor yang diperoleh dari tes pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Berpijak dari kajian metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dike-mukakan beberapa keuntungannya bila dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya. Adapun keuntungan-keuntungan yang dimaksud menurut Wikipedia.org (2011) adalah:
1. guru bukanlah satu-satunya penyedia pengetahuan,
2. cara efisien untuk belajar,
3. siswa mengambil miliknya dalam bekerja dan kemampuannya,
4. siswa mempertahankan pertanggungjawabannya di antara teman-temannya,
5. belajar bergantian sekitar interaksi dengan teman-temannya,
6. siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar, dan
7. membangun keterampilan antar-pribadi dan interaktif.


B. Jurnal Nia Deswati, Reny Risdawaty, Nurhadi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS VII SMPN 2
LUBUK SIKAPING TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nia Deswati, Renny Risdawati, Nurhadi
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Jurusan Biologi Universitas Padang
Hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar biologi kelas VII SMPN 2 Lubuk Sikaping tahun pelajaran 2011/2012, dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Deskripsi Hasil Penelitian
Parameter
Eksperimen
kontrol 
Keterangan
nilai rata rata
68,58
54,15
Eks > kont
Uji normalitas
L= 0,0853
L= 0,0161
L= 0,3043
L= 0,0161
L0 < L1
Normal
Uji homogenitas
Fh = 1,11 < F1 = 1,92
Homogen
Uji hipotesis
Th = 6,87  > Tt = 1,64
H1 terima

Berdasarkan analisis data yang telah didapat terlihat bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran dengan metode konvensional pada materi organisasi kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari nilai tes akhir hasil belajar biologi yang diperoleh dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dimana nilai rata-rata kelas eksperimen 68,58 dan kelas kontrol 54,15, disamping itu juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Kemudian setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji-t diperoleh harga thitung > ttabel dengan demikian hipotesis diterima. Sehingga dapat disimpulkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar pada mata pelajaran biologi kelas VII SMPN 2 Lubuk Sikaping. Hal ini disebabkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membawa siswa dalam suasana belajar yang bermanfaat karena siswa dapat secara aktif bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong upaya menggali informasi dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari. Menurut Johson (1989) dalam (Lie, 2002) bahwa suasana belajar kooperatif tipe Jigsaw menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan. Selain itu, bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan hubungan yang positif diantara siswa yang memiliki kemampuan berbeda, menerapkan bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, menerima terhadap perbedaan individu lebih besar, pemahaman materi lebih mendalam dan meningkatkan motivasi belajar (Lie 2003). Bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan diri seseorang seperti perubahan sikap seperti meningkatkan aktivitas siswa dan pengetahuan pada tiap individu.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Selain itu, perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi itu karena usaha siswa sendiri (Syah. 1999). Hasil pembelajaran ini akan terlihat dari proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Di dalam pembelajaran koopertif tipe Jigsaw kerja sama dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri maupun pembelajaran siswa lain dalam kelompok maupun di luar kelompoknya juga akan tercipta. Siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi sendiri tetapi juga dituntut untuk dapat menjelaskan pada siswa lain dalam kelompoknya, sebab secara umum siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep ini dengan temannya.
Menurut Reber (1988) dalam (Syah, 1999) melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini guru dapat secara langsung membimbing setiap individu yang mengalami kesulitan belajar. Selain itu, akan menciptakan minat dan kesungguhan siswa artinya menjadikan siswa memiliki keinginan yang besar terhadap sesuatu seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Berbeda dengan kelas kontrol, keaktifan siswa hanya cendrung pada saat melakukan diskusi, latihan soal atau penugasan. Pada kondisi ini keaktifan, motivasi dan kesungguhan siswa dalam belajar cendrung lebih rendah dari pada kelas eksperimen yang pada akhirnya berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa.
Jadi  Banyak metode pembelajaran yang bernaung di bawah teori belajar konstruktivis, di antaranya me-tode belajar kooperatif tipe jigsaw. Namun demikian, masih banyak guru-guru biologi yang belum kenal dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal seperti ini juga dialami oleh guru-guru biologi SMP di Kecamatan Seririt dan SMPN 2 Lubuk Sikaping dan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat juga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar biologi kelas VII SMPN 2 Lubuk Sikaping  SMP di Kecamatan Seririt..
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran dalam belajar kooperatif yang cara pengaplikasiannya sebagai berikut. 1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2) menyajikan informasi, 3) membagikan potongan tugas pada base group atau kelompok dasar/asal, 4) mengerjakan tugas pada kelompok ahli atau expert group, 5) tim ahli kembali ke kelompok dasar untuk menyampaikan hasil solusi tugasnya pada kelompok ahli, 6) evaluasi, dan 7) memberikan penghargaan.
Dari simpulan yang sudah disampaikan, dapat disarankan kepada guru-guru biologi SMP di Kecamatan Seririt dan SMPN 2 Lubuk Sikaping  untuk mengadopsi metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, mengingat metode pembelajaran tersebut sangat vital diguna-kan untuk mengonstruksi pengetahuan oleh siswa itu sendiri.







0 komentar:

Posting Komentar